Teleportasi Nabi Sulaiman

Menurut (Tauhid Nur Azhar & Eman Sulaiman, dalam bukunya Ajaib Bin Aneh: 52), pemindahan tahta Ratu Balqis dari Yaman ke Palestina yang berjarak sekitar 1500 mil ini dapat disebut quantum teleportation, yaitu proses pemindahan suatu benda dengan memanfaatkan keacakan tempat tanpa terkena jarak. Bagaimana hal ini terjadi?

Menurut Albert Einstein, kecepatan tertinggi dalam dunia relatif adalah kecepatan cahaya yang berjarak tempuh 299,792,458 meter/detik. Seandainya semua partikel dapat diubah menjadi kecepatan cahaya, kecepatan tempuhnya pun akan menyamai kecepatan cahaya

google

Permasalahannya, apakah seseorang itu bisa mengubah karakter dirinya menjadi karakter menyerupai cahaya? Rupa-rupanya asisten Nabi Sulaiman ini memiliki kemampuan untuk mentransformasi karakter partikel singgasana Ratu Balqis.

Ada dua cara yang mungkin ia lakukan. Pertama, dipapari medan magnet yang sangat kuat sehingga semua partikel singgasana tersebut berubah karakter. Prinsip ini digunakan dalam teori quantum teleportation di film Star Trek. Mr. Spock (partikel-partikel selnya) diubah, dibuat berputar lebih cepat, didekoding & ditransfer ke tempat tujuan

Sesampai disana, ia di-encoding sehingga bisa utuh kembali. Hal yang sulit dilakukan adalah bagaimana proses meng-encoding & menyadikan tersebut dilakukan, sehingga tidak terjadi perubahan struktur pada benda yang dikirimnya. Itulah kelebihan teknologi pada zaman Nabi Sulaiman.

Kedua, asisten Nabi Sulaiman ini mampu memasuki sebuah dimensi di mana ruang & waktu tidak lagi menjadi pembatas. Mungkin, inilah yang dinamakan dimensi malaikat. Dengan cara ini, suatu benda bisa berpindah & dipindahkan tanpa terhalang jarak dan waktu

Sungguh menakjubakan, bagaimana tidak, tubuh manusia terdiri atas 10 pangkat 28 molekul atom atau lebih dari satu triliun atom, sehingga sangat sulit diuraikan untuk kemudian di susun kembali di tempat lain, walaupun hal ini bisa saja terjadi.

#Teknologi #Teleportasi #Nabi #Sulaiman

Read More

Santo John Bosco dan Neraka

Santo John Bosco (Yohanes Bosco) atau dikenal juga dengan nama Don Bosco yang pernah mendapatkan mimpi berada di perjalanan menuju neraka pada tahun 1868.

Dalam penglihatan tersebut ia berada disebuah gurun luas tak terbatas tanpa ada kehidupan sama sekali, tiada pohon ataupun sungai, benar-benar gersang. Tak jauh dari tempat ia berdiri ia melihat banyak manusia yang terjebak dalam perangkap di dalam tanah. Mereka jatuh& mereka terjengkang di tanah dengan kaki di udara, terdengar jeritan kesakitan mereka yang menyayat hati. Ia melihat perangkap itu berisikan pisau-pisau tajam, ada yang terkena lehernya, kaki sampai kepalanya.

Google

Dengan penasaran ia menghampiri masing-masing perangkap yang terdapat tulisan, iri hati, kesombongan, penghujat Tuhan, kerakusan, munafik, pemakan hak anak-anak yatim, pemarah, pencuri dll.

Ketika St. John Bosco sampai didasar tebing tempat manusia-manusia tersebut terseret oleh kekuatan misterius. Nafasnya seketika menjadi sesak oleh suhu panas yang mencekik, sementara asap tebal berminyak bercampur dengan kilat petir terlihat dari atas tembok-tembok besar jauh lebih tinggi dari pegunungan.

Dengan penuh keheranan ia berkata, tempat apakah ini. Tiba-tiba sosok makhluk besar bersayap berada di sampingnya & berkata, bacalah prasasti pada pintu gerbang tersebut. Ini adalah gerbang neraka? ucap St. John Bosco.

Kemudian makhluk misterius tersebut berkata mendekatlah ke tembok, ini adalah tembok keseribu dengan tebal satu ukuran seribu mil & coba peganglah satu kali saja agar engkau mengerti betapa dahsyat siksa neraka di dalamnya & beritahukanlah kepada jemaatmu dan orang-orang lain yang masih hidup, sebelum semuanya terlambat.

Ketika St. John Bosco memberanikan diri untuk memegangnya, ia merasakan panas terbakar luar biasa sampai-sampai ia meloncat kesakitan. Dan ternyata ia terbangun dari tidurnya, satu hal yang membuat ia keheranan dan ia merasakan bukanlah mimpi, bahwa kulit kedua telapak tangannya benar-benar hangus terbakar.

Sumber: www.kejadiananeh.com

Read More

Judith Slaying Holofernes by Artemisia Gentileschi

Lukisan karya dari pelukis Italia, Artemisia Gentileschi ini diberi judul Judith Slaying Holofernes. Lukisan yang dibuat antara tahun 1614 sampai 1620 ini menggambarkan tentang dua orang wanita yang sedang memenggal kepala orang. 

Wanita itu adalah Judith dan pelayannya, digambarkan keduanya sedang menggorok leher seorang jenderal perang saat tengah mabuk dan tertidur lelap. Hal tersebut juga menceritakan tentang kekuatan wanita yang mampu menang menghadapi seorang pria yang kuat.

Google

Dan diyakini pula sang pelukis, Artemisia terinspirasi oleh Caravaggio, seorang pelukis yang kerap melukiskan aspek-aspek kekejaman dalam lukisannya. Sekarang lukisan ini berada di National Museum of Capodimonte, Naples.

#Holofernes #Artemisia #Gentileschi #Lukisan #Judith #Slaying #Paling #Mengerikan

Read More

Pedrasty Love adalah Cinta Homo

Selain Sodom dan Gomorah, ternyata ada banyak cerita mengenai homoseksualitas yang selama ini tidka kita ketahui. Salah satunya diambil dari Yunani kuno.

Salah satu fenomena yang paling banyak ditemui dalam cerita mengenai homoseksualitas di mitologi Yunani adalah pederasty. Pederasty adalah sebuah hubungan yang terjalin antara lelaki dan pemuda, dimana si pemuda merupakan pasangan yang pasif. Bisa dikatakan, pederasty merupakan asesoris sentral kehidupan para masyarakat kelas atas.

Homoseksualitas di masyarakat Yunani juga banyak diungkapkan melalui drama tragedi dan cerita-cerita mitologi. Setidaknya ada 1.000 drama tragedi yang diproduksi di Yunani.

Yang membuat hal itu begitu menjadi fenomenal adalah keadaan dimana pelaku pederasty memamerkan hubungan mereka kepada khalayak umum. Di sisi lain, hubungan tersebut tidak bisa dibuktikan dalam dokumen pribadi seperti surat cinta.

google

Tidak hanya itu, beberapa penulis besar Yunani juga disinyalir menjadi tonggak berdirinya pederasty yang terdokumentasi dalam masyarakat Yunani kuno. Para penulis tersebut, dan penulis besar lainnya seperti Plao, Xenophon, dan lainnya.

Pederasty ternyata tidak hanya dilakukan karena keinginan atau rasa kasih sayang semata. Namun, para lelaki dewasa (the erastest) menjadikan para pemuda pasangan mereka (the eromenos) untuk menjadi mentor. Praktek ini biasanya dilakukan dalam konteks pernikahan dan juga merupakan bumbu pernikahan, sehingga si laki-laki, atau si suami, berorientasi biseksual.

Yunani kuno percaya bahwa pria masih dianggap anak laki-laki sampai jenggotnya tumbuh dan mereka yang lebih tua berguna untuk mendidik, melindungi, dan mencintai yang lebih muda dengan jaminan pahala.

#homo #pederasty #love #creepy

Read More